Pages

Ardhian's Zone

WELCOME to My Zone,,,
Here, You can read my Creation,,
like story or something like that,, :)
Enjoy Your Visit :)

Jumat, 10 Februari 2012

Sakit GIGI!? NO,,!!!!!

Ada ungkapan yang mengatakan bahwa "Lebih Baik Sakit Gigi Daripada Sakit Hati". Bgi ku itu adalah ungkapan paling ngga' banget! kenapa!? karena orang itu pasti belom pernah yang namanya ngerasain gimana rasanya sakit GIGI,,!! >.<


Sakit gigi banyak penyebabnya, bisa dikarenakan gigi berlubang atau penyebab lainnya. Umumnya orang sakit gigi mempunyai gigi yang berlubang. Dan, sialnya aku termasuk ke dalam kelompok pada umumnya!!


Entah sejak kapan aku udah mulai ngerasain apa itu sakit gigi. Sepanjang ingatanku, udah dari kecil aku emang bermasalah dengan gigi. Karena apa!? Aku suka sekali makanan manis terutama Cokelat dan Permen. Mungkin itu jadi faktor utama penyebab sakit gigi yang kuderita selama ini.


akibat dari gigi yang bermasalah ini aku harus merelakan dua (2) !! Gigi gerahamku yang udah ngga' tertolong lagi,,, :(
Dan proses pengeksekusian itu berlangsung dramatis. Karena algojonya adalah AKU bukan DOKTER GIGI,,!!


Yeps, Sakit gigi pasti identik dengan dokter gigi, dan aku paling TAKUT sama dokter gigi. Mau seGANTENG apapun seRAMAH apapun kalo' dia dokter gigi tetep aja MENYERAMKAN bagi ku. Jadi, daripada aku berurusan dengan dokter gigi untuk masalah gigi berlubang dan gigi goyang yang ku derita, pada malam itu dengan menahan napas dan menguatkan mental aku eksekusi sendiri gigi yang bermasalah itu. Dan Alhamdulillaah,,, lancar. Aku udah bisa bernapas lega.


Namun, kelegaan ku itu ngga' berakhir di situ, karena aku masih punya setengah gigi berlubang lagi yang bercokol di dalam mulutku. Uughhh,,,,!!! >.<
kenapa aku bilang setengah!? karena emang cuma setengah, yang setengah lagi udah aku eksekusi!! heheheh,,, dan yang paling menyakitkan adalah letak gigi bermasalah itu.
DI RAHANG ATAS!!!


Dan kau tau apa!? Hal paling menyakitkan di dunia ini adalah jika kita mengalami masalah gigi di rahang atas. Karena rasa sakitnya benar-benar nggak bisa dideskripsikan. SUAKIT BUANGET,,!!! >.<


Menurutku, ini disebabkan saraf gigi bagian atas langsung mengarah ke otak, jadi sakitnya bener-bener AMPUUUNN,,,!! Dan malangnya aku, setelah sekian lama gigi setengah ini nggak bermasalah dengan tidak hormatnya dia dua hari yang lalu berulah lagi.


Aku tersiksa dengan rasa sakit yang ditimbulkan oleh gigi ngga' tau diri ini. Bener-bener susah ngegambarinnya. POKOKNYA SAKIT BANGET,,!!
Buat ngunyah nggak bisa, buat senyum nggak bisa bahkan buat tidur pun nggak bisa!! :(


Dan, kalau udah begitu yang bisa aku lakuin adalah pasrah dan memberinya obat yang bisa meredakan sakitnya. Pokoknya sakit gigi itu bener-bener MENYIKSA,,!! Semua badan ngerasaiinnya apa lagi kepala, beeeuuuhh,,,, udah-udah lagi, cenutnya bikin emosi cepet meledak!!


So, intinya bagi yang bilang "Lebih Baik Sakit Gigi daripada Sakit Hati" mending dipikirin lagi deehh,,, karena buat aku, "Lebih Baik Sakit Hati daripada Sakit Gigi". kenapa? Karena kalo' sakit hati masih bisa makan enak, tapi kalo' udah sakit gigi nggak bakal bisa makan enak. :D


STOP SAKIT GIGI MULAI SEKARANG,,!!

Memories of the Rain (7/end)

Sementara itu, mobil yang dikendarai Raharjo perlahan mulai memasuki kawasan pusat rehabilitasi. Dia memakirkan mobilnya di dekat pohon angsana yang banyak tumbuh di halaman rumah rehab itu. Dengan perasaan sedikit waswas Raharjo dengan mendorong kursi roda Embun pun melangkah memasuki lobby, setelah berbincang sejenak dengan petugas penerima tamu, mereka pun melanjutkan langkah untuk menemui Dokter Ardi, dokter yang selama ini menangani kasus Tirta.

Sebelum mencapai ruangan dokter itu, mereka dikejutkan oleh teriakan seseorang yang disusul oleh derap langkah beberapa orang yang menuju ke suatu titik. Dengan perasaan was-was yang semakin memuncak Raharjo dengan sedikit usaha mendorong kursi roda Embun pun berlari mengikuti arus yang membawa mereka menuju ke sebuah taman yang letaknya agak tersembunyi dari pandangan orang.

"maaf, kalau boleh tau ada apa ya,,?? Kok pada lari-lari gini,?" tanya Rahajo pada salah satu pria yang ikut berlari menuju ke tempat itu.

"ituu Pak,,, ada yang mau bunuh diri,," jawabnya cepat.

"ya ampun,,, terus gimana,,?" tanya Embun, entah kenapa yang melintas di kepalanya adalah Tirta, "Ya Allah,, semoga itu bukan Tirta,," lirihnya dalam hati.

"katanya sih ngga' jadi,,," jawabnya sambil mengingat-ingat sesuatu,, "iya kok ngga' jadi,,,"

"kalo' ngga' jadi, terus ini pada lari-lari mau kemana?" kejar Raharjo.

"itu ada yang ninggal di taman," jawabnya cepat.

"innalillahiwainaillahiroji'un,,," ujar Raharjo dan Embun spontan.

Semakin mendekati taman itu semakin banyak orang yang berkumpul dan berbisik-bisik di sana. Raharjo mendorong kursi roda Embun menghampiri seseorang yang dia kenal dalam kerumunan orang di taman itu.

"Dokter Ardi,," sapa Raharjo pada orang yang sedang berusaha membelah kerumunan.

"aahh,,, pak Raharjo,,!! Untung bapak segera datang," ujar dokter Ardi lega.

"memangnya ada apa dok,? Aah iyaa,, saya datang bersama orang yang saya janjikan kemarin," kata Raharjo yang mulai mengenalkan Embun.

"pagi Dok, saya Embun, temannya Tirta," jawab Embun seraya mengulurkan tangannya ke arah dokter Ardi, tak lupa juga ia berikan senyum manis pada dokter yang terbilang maish muda ini.

"aah,,, jadi kamu orang yang sering diigaukan Tirta itu,, saya Dokter Ardi yang selama ini menangani Tirta," jawabnya seraya menjabat tangan Embun.

"ini ada apa ya Dok, kok semua pada lari-lari ke sini,," tanya Embun, yang masih belum mengerti apa yang sebenarnya tengah terjadi di sekitar mereka.

"saya juga belum begitu mengerti, Cuma tadi ada yang melapor pada saya, kalau ada seseorang yang dari tadi shubuh duduk di sini sampai sekarang belum beranjak dari tempatnya, dan ketika dihampiri ternyata orang tersebut telah tiada," jawab dokter Ardi dengan perlahan menyingkirkan orang-orang yang berjubel untuk mencapai bangku taman, di mana orang yang dimaksud tadi berada.

"memangnya siapa dok orang itu,?" kali ini Raharjo tidak dapat menyembunyikan rasa khawatirnya, "semoga bukan Tirta,," ujarnya berulang dalam hati.

"saya juga belum tau pak,,," jawab dokter Ardi yang kini sudah berhasil sampai di bangku yang dimaksud. Tampak di sana seseorang dengan baju koko telah dibaringkan di atas bangku dengan mata terpejam dan senyuman damai yang terukir di wajahnya. Dokter Ardi yang melihat pertama kali siapa yang tengah berbaring dengan damainya ini terkejut dan berpaling pada Raharjo yang berdiri di sampingnya dengan tatapan kaget dan tak percaya.

Raharjo mematung di tempatnya berdiri, ia tak sanggup lagi menahan perasaannya ketika melihat dengan mata kepalanya sendiri siapa orang yang berbaring tanpa nyawa itu. Air mata pun mulai turun satu-satu menghiasi wajahnya yang mulai mengeriput dimakan usia.

"Tirta,,, mengapa kau pergi secepat ini nak,, kenapa kau tega meninggalkan ayah seperti ini,,, ayah bahkan belum pernah membahagiakan kamu nak,,, apa kamu sudah tak peduli lagi saya ayah, makanya kamu pergi secepat ini nak,, maafkan ayah nak,, maafkan ayah yang tidak bisa menjadi ayah yang baik buat kamu,,, ayah sayang sama kamu nak,,, maafkan sikap ayah yang selama ini tak peduli padamu,, maafkan ayah yang telah bersikap tak adil padamu nak,,, maafkan segala kesalahan ayah dan semoga kamu sekarang bahagia di sana,, ayah rela kamu pergi jika itu memang jalan terbaik yang diberikan Tuhan padamu,,, selamat tinggal jagoanku,,, doa ayah akan selalu tercurah padamu,,," ujar Raharjo dalam hati seraya mengusap wajah anaknya yang kini seakan tengah tertidur dengan nyenyak. Tak ada gurat kesedihan di sana, yang ada hanyalah sebuah senyuman yang menghiasi wajahnya yang kini mulai mendingin.

Tak jauh beda dengan Raharjo, Embun pun merasakan emosi yang sama ketika melihat siapa orang yang berbaring tanpa ruh di depannya. Dia benar-benar terpukul dengan apa yang dia saksikan. Orang yang selama ini ia nanti-nantikan kehadirannya, orang yang selama ini bayangannya selalu menemani tidur malamnya yang jauh dari kata indah, dan orang yang selama ini mendekam dalam palung hatinya, kini telah pergi meninggalkannya sendiri untuk selamanya.

Pergi dengan meninggalkan segurat rindu dan segenggam cinta darinya dan untuk pria itu, namun ternyata hidup memang selalu memberikan sebah kejutan-kejutan yang takkan pernak kita tau. Dan kejutan hidup kali ini benar-benar mengguncang gadis itu. Kala rindu yang selama ini ia pendam dan ia harapkan untuk dapat terobati pada hari ini. namun tatkala rindu yang sebentar lagi tak lagi sekedar mimpi, kenyataan perih yang dihadapi benar-benar mengiris hati.

"Tirta,,, kok kamu tega banget sih sama aku. Pergi gitu aja tanpa pamit dan tanpa kata-kata perpisahan. Kamu tau ngga' sih, hari ini waktu aku bangun pagi, aku ngga' pernah ngerasa sesenang tadi, aku seneng akhirnya aku bisa ketemu sama kamu lagi, bisa becanda sama kamu lagi, yang pasti aku seneng banget bisa ngeliat kamu lagi. Tapi, kenapa kamu harus pergi secepat ini sih Ta,, disaat aku udah maafin kamu, disaat rasa sayangku buatmu udah g kebendung lagi, dan disaat aku mulai nyiapin hati aku buat nerima keadaan kamu,, kenapa kamu malah pergi ninggalin aku sendirian Ta,, selama ini aku kuat menjalani hidup aku yang ngga' sempurna ini karena aku terus inget kalau kamu di suatu tempat di belahan bumi ini yang terus inget sama aku. Yang suatu hari bakalan ada di samping aku. Terus sekarang aku harus gimana Ta,, hidup di dunia yang ngga' ada kamu di manapun pasti bakalan berat banget Ta,,, ngga' ada orang yang bakal menyayangiku lebih dari kamu, aku ngga' tau Ta, gimana harus menghadapi semua ini. Ini bener-bener menyakitkan bagi ku. Tapi, kalau memang ini yang terbaik yang dikasih Tuhan buat kamu, aku ikhlas Ta,, aku ikhlas kamu pergi Ta, semoga kamu bahagia di sana. Aku ngga' bakalan lupa sama semua yang udah pernah kamu kasih buat aku Ta,,, selamat tinggal cinta, semoga engakau damai di sisi-Nya,,,"

@@@

Setelah seluruh prosesi pemakaman selesai dilaksanakan, masih dalam suasana berkabung, rumah keluarga Raharjo pun masih ramai dikunjungi oleh sanak saudara. Embun yang sejak kemarin tinggal di rumah duka, kini terlihat tengah merenung di halaman belakang, mengenang semua yang pernah ia alami bersama. Ketika ia sedang asyik melamun, tiba-tiba ia dikagetkan oleh kedatangan seorang wanita berpakaian layaknya suster yang bekerja di rumah sakit.

"maaf Mbak,, saya mengganggu sebentar ada yang harus saya sampaikan pada Mbak Embun," sapa wanita itu.

Embun dengan sedikit terkejut memalingkan mukanya menghadap orang yang telah menyapanya.
"maaf, anda siapa ya,,?" tanya Embun seakan mengingat-ingat.

"saya Laksmi Mbak, perawat yang selama ini merawat mas Tirta," jawabnya dengan senyum manis.

"ooh,, ada apa suster mencari saya?" tanya Embun tak mengerti.

"saya hanya ingin menyerahkan ini pada mbak Embun." ujarnya seraya menyerahkan sebuah kotak persegi panjang yang telah berhiaskan kertas bergambar love. "ini saya temukan di kamar mas Tirta kemarin saat saya sedang membereskan kamarnya. Ssebelumnya saya minta maaf Mbak, jika saya lancang. Kemarin karena penasaran saya membuka salah satu isinya, dan di sana tertera nama Mbak, jadi saya menyimpulkan ini pasti untuk Mbak," ujarnya hati-hati.

Embun memandang Suster Laksmi dengan tidak suka. "maaf Mbak, tapi saya belum sempat membacanya, saya hanya ingin melihat nama yang ditujuakan oleh surat-surat itu Mbak. Saya beraani sumpah jika Mbak tidak percaya," tambah Laksmi yang merasa dihakimi oleh tatapan Embun.

"terima kasih ya Sus, Suster sudah mau repot-repot membawakan ini pada saya," ujar Embun tulus.

"sama-sama Mbak. Saya juga turut berduka cita atas apa yang telah terjadi dengan mas Tirta," balas Laksmi.

"terima kasih,,"

"baiklah Mbak, saya kira urusan kita sudah selesai. Saya permisi dulu mbak,," ujar Laksmi seraya menjabat tangan Embun.

Setelah Laksmi meninggalkannya sendiri, perlahan ia mulai membuka katak bergambar love itu. Dan di dalamnya, ia menemukan tumpukan dari banyaknya surat yang tak beramplop. Embun mengambil satu dan melihat bahwa surat itu memang ditujukan padanya. Ia mengambil lagi yang lain dan melihat alamat yang dituju, ternyata semua surat itu di tujukan untuknya dari Tirta.

Embun pun mengambil salah satu surat yang bertanggal paling baru. Dua hari sebelum Tirta menghembuskan napas terakhir. Perlahan namun pasti ia pun mulai menelusuri kata demi kata dalam surat itu, dengan diiringi deraian air mata di setiap kalimat.

@@@

Dear My Angel Embun Prameswari,

Hai,, Mbun,, gue yakin sekarang loe pasti lagi nangis, iya kan?! Hahaha,,, loe nangisin apa sayang?! Kalo' loe nangisin gue, cepet apus air mata loe, karena gue paling ngga' suka ngeliat loe nangis, apalagi karena gue.

Embun yang paling gue sayang, mungkin waktu loe baca surat ini gue udah ngga' ada di samping loe lagi. Mungkin gue udah pergi ke tempat di mana gue ngga' bakal bisa nyakitin orang lain lagi, terutama nyakitin loe. Mbun,,, beberapa hari ini, gue selalu ngimpiin nyokap gue, dan loe tau ngga'? Nyokap gue ngajakin gue ke tempat yang baguuuss banget. Gue ngerasa di tempat itu gue bisa ngelupain semua masalah gue, tempat itu bikin gue nyaman dan damai banget. Dan entah kenapa, gue ngerasa gue pengen banget tinggal di tempat itu.

Tapi, setiap keinginan gue itu muncul entah kenapa hati gue kaya' ngga' terima. Loe tau apa yang buat hati gue ngga' terima? Jawabannya adalah karena loe Embun Prameswari. Hati gue selalu ngelarang gue pergi ke tempat itu, karena gue ngerasa kalo' gue tinggal di sana gue ngga' bakal bisa ketemu loe lagi Mbun, dan gue ngga' suka itu.

Tapi, mimpi-mimpi itu terus aja dateng setiap malam, dan mama tiap malem juga nyamperin gue Mbun, terus terang gue kangen banget sama mama, dan gue ngga' mau pisah lagi sama dia. Makanya, setelah mama ngasih tau bakal nemuin gue ngga' lama lagi, gue langsung nulis ini buat loe Mbun, karena gue tau gue ngga' bakal lama lagi harus pergi ninggalin loe.

Lewat surat ini, gue Cuma mau bilang maaf. Maaf karena gue udah bikin loe ngga' sempurna lagi. Maaf karena gara-gara gue loe harus rela hidup dengan kursi roda seumur hidup loe. Maaf, karena gue ngga' bisa nemenin loe di waktu-waktu terberat dalam hidup loe, ngga' bisa ngedukung loe di saat-saat seharusnya loe butuh kehadiran gue di sisi loe. Maafin gue juga karena gue ngga' bisa jadi cowok yang selalu ngelindungin loe, bukannya jadi cowok yang malah nyelakain loe. Maafin semua perih, luka, sakit hati yang udah pernah gue kasih ke loe. Asal loe tau gue juga ngga' pengen semua kejadian ini bikin loe jauh dari gue.

Embun yang selalu ada dalam setiap mimpi gue, loe tau Mbun, ucapan loe tentang hujan ngga' bakal pernah gue lupain, karena gue ngerasa disetiap tetesan hujan itu tersimpan semua rasa rindu gue ke loe. Gue titipin semua rindu gue sama langit, dan setiap gue udah ngga' bisa nahan rindu gue lagi, langit yang bakal nerusin semua rasa itu ke loe lewat hujan. Ya, hujan, sesuatu yang selama ini gue benci. Jadi, setiap hujan turun gue selalu berharap di manapun loe berada di sana juga turun hujan, dengan begitu rindu yang gue titipin bersama setiap tetesannya bisa nyampe' ke hati loe.

Embun yang selalu ada di hati gue, lewat surat ini juga gue mau bilang terima kasih. Terima kasih karena udah jadi orang yang bikin gue ngerasa bahwa gue ditakdirkan hidup di dunia ini emang buat mencintai loe, gadis sederhana yang udah sukses bikin gue sadar bahwa selama ini gue udah ngebuang banyak waktu gue buat hal-hal yang ngga' berguna. Terima kasih juga karena loe udah percaya sama gue, percaya kalau gue pasti bisa ngelupain trauma gue tentang hidup, tentang hujan dan tentang kehilangan. Makasih Mbun, karena udah jadi seseorang yang tulus mencintai gue dengan segala kekurangan yang ada di diri gue, dan maaf karena gue belum sempet buat loe bahagia karena udah kenal gue. Terima kasih untuk segala cinta yang udah loe kasih ke gue. Terima kasih banyak, hanya doa gue yang tulus agar loe selalu bahagia setiap hari yang bisa gue kasih ke loe sebagai balasan cinta loe ke gue. Terima kasih sayang, karena loe udah mau mencintai seseorang yang penuh kekurangan ini.

Embun yang selalu bening di setiap hari, gue harap loe bahagia setiap hari setelah gue ngga' ada, gue harap loe bisa dapet pengganti gue, seseorang yang dengan tulus bisa nerima loe apa adanya. Seseorang yang akan selalu bisa bikin loe bahagia, seseorang yang akan selalu siap ngelindungin loe. Gue harap loe mulai ngelupain gue dan belajar hidup tanpa gue. Biarlah gue jadi kenangan dalam hati loe, biarlah gue jadi seseorang yang pernah dan bakal terus mencintai loe. Biarlah gue tinggal di sudut hati loe sebagai kenangan. Loe harus melanjutkan hidup loe Mbun, hidup loe masih panjang, dan loe berhak mendapat kebahagiaan yang lebih, bukan dari gue, tapi dari seseorang yang bakal bikin hidup loe sempurana karena mencintai loe apa adanya.

Gue rasa cukup itu aja yang bisa gue ungkapkan sama loe, gue mau mulai mempersiapkan apa aja yang harus gue bawa waktu nyokap gue dateng, entah kapan tapi yang jelas bentar lagi. Selamat tinggal Embun, loe bakal tetep jadi orang yang selalu ada di hati gue, loe adalah orang yang akan gue cintai selamanya. Gue harap gue bisa jadi kenangan indah dalam hidup loe, kenangan akan seorang cowok yang mencitai loe lebih dari dirinya sendiri, seorang cowok yang selalu mencintai dan menyayangi loe walau napas udah ngga' bersamanya lagi. Selamat tinggal dan maaf gue ngga' sempet nemuin loe buat ngucapin ini semua. Terima kasih dan selamat tinggal.


Dari seseorang yang selalu merindukan dan menyayagi loe


Tirta Waratmaja

@@@

Hidup memang tak selalu menyajikan kisah yang bahagia, tak jarang hidup bertubi-tubi menyuguhkan kisah tragis yang menggiris hati, namun percayalah, bahwa di setiap kejadian tragis yang kita alami itu terselip sebuah kisah yang membahagiakan kita pada akhirnya. Kita hanya perlu jeli, sabar dan terus berusaha mengambil kebahagiaan yang terselip dalam kisah itu. Jika kita kurang sabar, maka niscaya kebahagiaan itu akan terus tertutup duka. Ingatlah, bahwa bahagia ada di mana-mana, jika kita menganggap bahwa hidup yang kita jalani tidah pernah bahagia, aku yakin itu hanya karena kita kurang jeli dalam menemukan bahagia yang terkadang bersembunyi dalam duka. Teruslah berusaha mencari kebahagiaan yang ada di sekitar kita dan bagilah kebahagiaan itu untuk orang lain agar mereka juga akan menemukan kebahagiaan mereka sendiri dan membaginya kepada kita. Karena kebahagiaan tak akan lengkap tanpa kebahagiaan orang lain juga.

_____END__

Memories of the Rain (6)

Malam ini gue mimpi aneh banget. Bukan mimpi buruk seperti yang selama ini gue dapet, tapi sebuah mimpi yang menenangkan yang selama berhari-hari ini mampir di tidur gue. Aneh, karena gue ngga' mengenal lokasi mimpi gue itu, dan yang paling bikin gue heran adalah gue ngerasa tentram waktu gue ada di dalam mimpi itu. Hingga waktu bangun pun gue masih tetep kebayang-bayang sama tempat di mimpi gue itu.

Dan mimpi itu udah kaya morfin bagi gue, selama gue inget mimpi itu gue ngerasa damai, rileks, dan entah apa lagi, yang jelas gue ngerasa tenang banget. Tenang yang begitu misterius. Gue ngga' ambil pusing sama ketenangan yang perlahan merasuk ke dalam diri gue, selama ketenangan ini bisa bikin gue ngga' ngeliat film-film horor dalam kehidupan gue, saat hujan turun, gue rasa gue mau aja dapet mimpi kaya' gini terus menerus.

Yaa,, selama beberapa hari ini langit ngga' pernah cerah sehari pun, tiap saat hujan mengguyur kota kecil di mana gue berada. Dan selama itu pula dengan anehnya, gue ngerasa baik-baik aja. Bahkan gue ngga' melempar bantal seperti biasanya saat gue mulai melihat prolog dalam mimpi gue. Keadaan ini bener-bener bikin gue merasa bahwa gue baik-baik aja.

Pagi ini, gue terbangun dengan deru napas yang tidak beraturan dan keringat membanjir dari pelipis gue. Bukaan,, bukaan,,, gue ngga' mimpi buruk, kalo' itu yang kalian pikirkan. Gue mimpi ketemu nyokap gue yang udah tinggal di dunia lain. Waktu itu gue lagi jalan-jalan seperti biasa di tempat yang masih asing buat gue. Dan ketika gue sedang menikmati pemandangan di sana, tiba-tiba ada yang nyamperin gue dan negor gue. Dan loe tau siapa?! Dia nyokap gue!?

Nyokap yang selalu gue rindukan, dalam mimpi gue itu nyokap kelihatan cantik banget, pake' gaun putih yang bikin beliau makin bersinar. Di sana nyokap ngajakin gue ngobrol, dan gue juga sempet ngungkapin apa yang selama ini gue pendam. Lega rasanya, akhirnya gue bisa juga ngucapin yang selama ini ngeganjel di hati gue. Gue juga sempet cerita sedikit soal Embun. Dan loe tau ngga', nyokap gue ngerestuin hubungan gue sama Embun.

Dan waktu gue mau cerita banyak sama nyokap, beliau malah hilang, gue cari di setiap sudut di tempat itu, tapi tetep ngga' ketemu. Dan disaat gue udah kelelahan nyariin nyokap gue, tiba-tiba aja ada suara khas nyokap gue, yang bikin gue membeku. Nyokap bilang kalo gue pasti ketemu lagi sama dia, ngga' lama lagi. Gue ngga' ngerti apa maksud ucapan nyokap gue itu, tapi yang jelas itu pertanda baik buat gue.

@@@

Hari ini Raharjo membawa Embun untuk menemui Tirta. Sepanjang perjalanan menuju tempat putranya dirawat, tak ada yang berbicara, hanya suara alunan penyiar radio yang mengisi kekosongan yang terjadi selama perjalanan tersebut. Sejak berangkat dari rumah untuk menjemput Embun, Raharjo berdoa tak putus-putus, entah kenapa dia mempunyai firasat yang ngga' enak tentang putra tunggalnya itu, hal itu membuatnya gelisah sejak meninggalkan rumah menuju Panti Asuhan Kasih Ibu untuk menjemput Embun.

Tak jauh berbeda dengan Raharjo, Embun pun merasakan firasat itu juga. Entah kenapa semalam ia memimpikan Tirta yang mendatanginya dengan memakai baju putih-putih dan tak ada tanda-tanda penyesalan mendalam yang selama ini terpancar dari wajahnya. Malam itu dalam mimpinya ia melihat Tirta begitu damai dan tenang. Ia bahkan sempat mengucapkan kata-kata yang sukses membuatnya meneteskan air mata karenanya.

Dalam mimpinya Tirta meminta maaf padanya karena telah membuatnya cacat seperti ini, dan dia meminta satu hal padanya. Agar dia-Embun- dapat memaafkan dan melanjutkan hidupnya tanpa bayang-bayangnya. Ketika terbangun, Embun merasa air matanya menetes dengan deras entah karena apa, ia tak yakin air mata itu disebabkan oleh mimpinya tadi, tapi ia juga tidak tahu alasan yang lain.

Sepanjang perjalanan itu, mereka berdua terus memanjatkan doa pada yang Kuasa agar mereka diberi kesempatan untuk melihat orang yang begitu mereka sayangi dapat hidup lebih baik, dan agar tidak terjadi apa-apa padanya. Firasat itu semakin lama semakin buruk saja seiring pendeknya jarak yang tercipta antara mereka dan tempat yang kini akan mereka datangi.

"semoga kamu baik-baik saja Ta," doa Embun lirih, dalam hati.

@@@

Pagi ini, gue bangun dengan perasaan yang lebih damai dari hari-hari sebelumnya. Bangun tidur gue rapiin tempat tidur yang selama ini setia menemani hari-hari berat gue, gue juga ngrapiin nakas tempat gue menyimpan surat-surat gue buat Embun, yang selama beberapa ini gue tulis. Setelah mebereskan semuanya, gue pun mandi, mandi terlama yang pernah gue lakuin. Entah kenapa gue merasa kotor banget sama diri gue, akhirnya setelah lima kali mengusapkan sabun ke tubuh gue, gue pun menyudahi acara mandi pagi terlama gue ini.

Setelah itu gue pilih baju-baju yang ada di lemari kamar gue. Ngga' ada baju yang sesuai harapan gue, tapi setelah gue ubek-ubek tuh lemari, akhirnya gue dapet satu baju yang selama ini ngga' pernah gue pake', baju itu adalah baju hadiah ulang tahun gue dari Embun. Koko putih itu pun melekat dengan indahnya di badan gue. Akhirnya setelah berpakaian yang rapi jali seperti ini, gue pun memutuskan pergi ke taman di mana gue biasa menghabiskan hari-hari gue dengan mandangin bunga-bunga yang ada di taman itu.

Semua orang ngeliatin gue dengan tatapan mencurigakan, seolah-olah mereka ngga' pernah ketemu gue sebelumnya. Gue sapa semua orang yang gue temui selama perjalanan gue dari kamar ke bangku taman favorit gue itu. Mereka membalas salam gue dengan dahi berkerut. Emang salah ya kalo' gue nyapa mereka? Aah,, masa bodoh dengan itu semua yang jelas pagi ini gue ngerasa baik-baik aja, dan normal.

Setelah gue sampe di bangku taman tempat gue biasa menyendiri gue hirup udara pagi hari banyak-banyak, dan gue hembuskan pelan-pelan. Aahh,,, damainyaa,,, dengan senyuman yang entah kenapa hari ini males banget perginya, gue pandangin kupu-kupu yang lagi rebutan nektar bunga mawar di depan gue. Dan di saat gue lagi asyik menikmati pemandangan itu, dari kejauhan gue ngerasa kaya' ngeliat nyokap gue jalan mendekati gue.

Gue pun tersenyum ngeliat senyum nyokap gue, gue liat nyokap gue bawa sesuatu di tangannya dan gue ngga' tau itu apa. Setelah nyokap gue sampai di depan gue, gue pun bisa menghirup aroma wangi yang berasal dari nyokap gue. Wangi yang bikin gue tambah damai.

"mama kok kesini? Mau ngapain Ma,?" tanya gue polos, masih belum bisa ngilangin pancaran bahagia gue yang ketemu lagi sama nyokap.

"sudah saatnya Nak,,, mama kesini mau jemput Tirta, kamu udah siap kan Nak?" tanya nyokap lembut banget.

"emang kita mau pergi ke mana Ma?" tanya gue cengo.

"ke suatu tempat yang pasti kamu suka gimana? Udah siap?" tanyanya lagi, kali ini nyokap ngulurin tangan ke gue, seolah minta gue buat nyambut uluran tangannya.

"udah ma,, Tirta udah siap," kata gue mantap, dan dengan senang hati gue terima uluran tangan nyokap gue.

Perlahan gue bangkit dari duduk gue dan berjalan di samping nyokap gue. Nyokap ternyata ngajak gue ke tempat yang selalu ada di mimpi gue. Tentu aja gue seneng banget waktu gue tau diajak nyokap ke tempat ini.

"waah,,, mama tau aja kalo' Tirta suka banget sama tempat ini,," ujar gue waktu kita udah sampai di tempat favorit gue.

"kamu suka?" tanya nyokap sambil senyum.

"suka banget Ma,, makasih yaa,," ujar gue seraya mencium pipi nyokap gue, dan wangi itu semakin bikin gue nagntuk. "ma,, Tirta ngantuk nih,, Tirta mau tiduran dulu ya Ma,,"

"iya sayang,,"

"mama ngga' akan ninggalin Tirta kan kalo' Tirta tidur?" tanya gue kaya' anak kecil.

"ngga' sayang, Mama akan selalu ada di samping Tirta sekarang,," jawabnya yang bikin gue jadi tambah damai.

"makasih ma, selamat tidur,," ujar gue seraya rebahan dengan berbantalkan paha nyokap. Ngga' pernah selama ini gue ngerasa sedamai ini sekarang. Dan perlahan gue pun terlelap dengan senyum yang terus merekah di bibir gue. Makasih Ma,, udah bawa ke tempat ini. Ujar gue sebelum benar-benar terlelap.

____TBC______

Memories of the Rain (5)

“Paak… pak Raharjo…” ujar dokter Ardi menyadarkan pak Raharjo dari lamunannya.

“aah… maaf Dok, jadi begitu lah Dok… anak itu telah mengalami banyak penderitaan dalam hidupnya, sudah cukup penderitaan yang diterima anak itu. Tolong bantu dia keluar dari masalahnya Dok…” pinta pak Raharjo dengan wajah yang terlihat lelah.

“akan kami usahakan pak… tapi… selama dia belum mau membuka mulutnya untuk bicara pada kami, selam itu pula kami belum bisa mengambil tindakan yang ia perlukan pak. Yang kami dapat lakukan sekarang ini hanya mengawasinya agar tidak bertindak di luar kendali.”

“begitu juga baik Dok…”

“eeem… maaf pak, jika saya boleh tahu, gadis yang bernama Embun ini… apakah bapak mengetahui di mana ia tinggal dan bagaimana keadaannya sekarang?” Tanya dokter Ardi hati-hati.

“Embun… gadis ini terlalu baik untuk terlibat dalam masalah anak itu Dok, dan saya juga tak mu melihat anak itu lebih menderita dari sekarang.”

“jadi, bapak tahu keberadaan gadis ini dimana?”

“ya Dok… saya tahu…”

***

Jauuuhh dari tempat di mana sekarang Tirta berada, seorang gadis berkursi roda tengah membacakan sebuah dongeng pada sekumpulan anak kecil di salah satu sudut taman dari Panti Asuhan Kasih Ibu. Dengan bersemangat gadis itu membacakan sebuah dongeng yang berasal dari barat berjudul Little Mermaid.

Karena terlalu asyik mendongeng ia tak sadar jika dari tadi ada seorang pria paruh baya yang sedang memperhatikan kegiatannya tersebut. Tak lama berselang, gadis itu pun mengakhiri ceritanya dan perlahan menghampiri pria tersebut.

"apa kabar Om,?" sapanya seraya mencium tangan pria yang sudah ia anggap seperti ayahnya sendiri.

"tidak begitu baik, bagaimana dengan mu?" jawab pria itu seraya mendorong kursi roda gadis itu menuju sebuah bangku yang ada di tengah taman itu.

"yaaaa,,,, seperti yang Om lihat sekarang," jawabnya seraya memberikan pria itu sebentuk senyum.

"bagaimana keadaan panti selama Om pergi?"

"lumayan rusuh Om, anak-anak jadi lebih ribut dari biasanya," jawabnya seraya memandang kumpulan pohon mawar yang tumbuh di sekitar kolam ikan mas di taman itu.

"hahahha,,, mungkin gara-gara ngga' ada yang nraktir lagi, makanya mereka ribut,,,"

"mungkin juga Om,," jawabnya dengan sedikit geli,"Oh ya Om,,, bagiamana keadaannya? Apakah sudah lebih baik?"

Pria itu hanya mendesah pelan dan melemparkan pandangannya pada sekumpulan kupu-kupu yang saling berebut serbuk bunga mawar. Itu pasti bukan pertanda baik. Batin gadis itu.

"semakin buruk, bahkan kata dokter, kemarin dia mencoba untuk bunuh diri lagi," jawabnya lirih.

"Astagfirullah,,, yang benar Om,!?" tanya gadis itu, terkejut mendengar apa yang baru saja terlontar dari mulut pria paruh baya tersebut.

"yaa,,  pada awalnya Om juga ngga' percaya kalau dia bisa berbuat nekat seperti itu lagi. Namun, setelah melihat sendiri keadaannya, om baru bisa percaya,,"

"ya ampun Tirta,,, sampai kapan kamu akan seperti ini terus,,??" desahnya lirih.

"Om rasa, sudah saatnya kamu pergi menemuinya, siapa tahu dengan bertemu dengan mu keadaannya bisa menjadi lebih baik.

"baiklah Om, saya akan mencoba semampu saya untuk mengembalikannya seperti dulu." ujarnya mantap. "saya kangen dengan dia yang dulu,,"

"om juga,,," ujar pria itu lirih, dengan pandangan menerawang ke arah arak-arakan awan yang bergerak perlahan di langit. Dan ingatannya pun melayang ke masa di mana ia bisa berdamai sejenak dengan anak satu-satunya itu.

@@@

Waktu itu, adalah hari paling bersejarah dalam hidup seorang Raharjo. Anak laki-laki kesayangannya yang selama ini mengabaikannya, hari itu untuk pertama kalinya setelah 9 tahun tak saling menyapa, menegurnya dengan raut wajah yang sangat jarang ia temui. Bahagia. Ya, setelah sekian lama tak melihat wajah bahagia putranya, ia pun tertegun kala melihatnya.

"pa, besok aku mau pergi,,," itulah kalimat pertama yang dilontarkan putranya setelah sekian lama tak saling bertegur sapa, dan dia melontarkan kalimat tersebut dengan senyum terkembang. Selama beberapa detik Raharjo pun terdiam, tanpa kata. Mematri ekspresi bahagia yang disuguhkan oleh putranya.

"o ya,,? Kemana?" sahutnya sedikit antusias, mencoba mengimbangi apa yang telah dimulai oleh putaranya itu. Walau ia merasa masih sedikit kaku, namun, biarlah selama sikapnya itu dapat mempertahankan apa yang telah dia mulai.

"ke pantai Yah, boleh kan?" jawabnya antusias.

"tentu saja boleh,,, kamu mau pinjam mobil ayah,?"

"ngga' laah,, Tirta pake' motor aja, biar lebih romantis Yah,," jawabnya dengan sedikit tergelak.

Raharjo pun tak bisa mengalihkan pandangannya pada sebentuk tawa di depannya. Pasti ada sesorang yang telah membuat putranya "hidup" kembali seperti ini. Ia harus tau siapa orang yang telah berjasa tersebut. Tekadnya dalam hati.

"romantis,,?? Memangnya kamu mau pergi sama siapa,,??" tanyanya dengan memberikan sedikit godaan pada putranya itu.

"sama cewek lah Yaah,,, anaknya cantik lhoo,,," jawabnya sedikit berpromosi.

"O yaa,,,?? Dia pacarmu ya,,? Kok ngga' dikenalin sama ayah,,,?" goda Raharjo dengan memberikan satu kedipan mata menggoda pada putranya.

"belom sempet Yah,, tapi besok sebelum berangkat Tirta kenalin dulu kok sama Ayah,," jawabnya sedikit tersipu.

"boleeh,, ayah juga pengen tau seberapa cantiknya dia sampai-sampai anak ayah jadi tergila-gila seperti ini,"

"aah,, ayah, pokoknya dia itu cantik banget. Ngga' ada yang ngalahin deh,,," promonya.

"hahahha,,,, sama Titiek Puspa cantikan mana,?"

"yaaaah,,, Ayah mah,,, masa' bandinginnya sama Eyang Titiek Puspa, ya jauh lah Yah, masih cantikan Embun kemana-mana,,," jawabnya dengan sedikit mengerucutkan bibirnya.

"jadi namanya Embun,? Bagus juga namanya, ayah yakin perilakunya juga baik, seoerti namanya,,"

"tentu donk Yah,, pilihan Tirta gitu lhoo,,," jawabnya seraya menepuk dada, bangga. "udah ya Yah, Tirta mau istirahat dulu, nyiapin stamina buat besok, daa Ayaah,,,"

Sekelumit kenangan indah itulah yang terus mendorong Raharjo agar terus berjuang mengembalikan anaknya seperti dulu. Berbagai cara telah ia lakukan demi mengembalikan perangai anaknya. Mulai dari dokter hingga psikiater telah ia coba, bahkan sampai ke orang pintar dan pengobatan alternatif pun sudah ia lakukan. Namun, hingga kini belum menunjukkan tanda-tanda perubahan yang signifikan.

Yaa,, setelah pada pagi hari di mana ia memperkenalkan Embun sebagai seseorang yang berarti dalam hidupnya, sore harinya dia mendengar berita tentang kecelakaan yang menimpa putranya. Sejak itulah ia tak pernah melihat lagi senyum berkelebat menghiasi wajah putranya, dan kecelakaan yang menimpanya beberapa tahun kemudian telah sukses membuat putranya tenggelam dalam dunia gelapnya sendiri.

Ia bahkan tak bisa mengenali lagi siapa penyandang nama Tirta Wiratmaja. Dia, lagi-lagi kembali mematikan dirinya sendiri. Hidup dalam kungkungan penyesalan, yang sebenarnya tak berarti. Karena semua yang terjadi adalah Takdir dari Sang Ilahi. Hingga terkadang, pada tengah malam ia mendengar putranya histeris karena mimpi buruk yang mungkin ia alami, berkali-kali ia temukan putranya itu mencoba mengakhiri hidupnya. Namun untung saja usaha itu dapat digagalkannya, hingga ia merasa tak sanggup lagi menghadapi semua itu sendiri. Akhirnya beberapa waktu yang lalu ia menyerahkan putra semata wayangnya itu pada yayasan yang sering menangani kasus seperti yang dialami oleh putranya tersebut. Sebuah tempat rehabilitasi bagi orang-orang yang mengalami goncangan jiwa.

Dan kali ini, setelah semua yang telah ia lakukan tak jua membuahkan hasil. Dia bertekad untuk mempertemukannya dengan sesorang yang ia harap dapat mengembalikan putranya agar menjadi Tirta yang dulu. Yaa,, dia berharap Embun dapat menjadi obat penawar yang mujarab bagi penderitaan yang ditanggung putranya itu. Hanya itulah harapan terakhir yang tersisa dari sekian banyak harapan-harapannya yang tak jua terwujud.

___TBC___