Sementara itu, mobil yang dikendarai Raharjo perlahan mulai memasuki kawasan pusat rehabilitasi. Dia memakirkan mobilnya di dekat pohon angsana yang banyak tumbuh di halaman rumah rehab itu. Dengan perasaan sedikit waswas Raharjo dengan mendorong kursi roda Embun pun melangkah memasuki lobby, setelah berbincang sejenak dengan petugas penerima tamu, mereka pun melanjutkan langkah untuk menemui Dokter Ardi, dokter yang selama ini menangani kasus Tirta.
Sebelum mencapai ruangan dokter itu, mereka dikejutkan oleh teriakan seseorang yang disusul oleh derap langkah beberapa orang yang menuju ke suatu titik. Dengan perasaan was-was yang semakin memuncak Raharjo dengan sedikit usaha mendorong kursi roda Embun pun berlari mengikuti arus yang membawa mereka menuju ke sebuah taman yang letaknya agak tersembunyi dari pandangan orang.
"maaf, kalau boleh tau ada apa ya,,?? Kok pada lari-lari gini,?" tanya Rahajo pada salah satu pria yang ikut berlari menuju ke tempat itu.
"ituu Pak,,, ada yang mau bunuh diri,," jawabnya cepat.
"ya ampun,,, terus gimana,,?" tanya Embun, entah kenapa yang melintas di kepalanya adalah Tirta, "Ya Allah,, semoga itu bukan Tirta,," lirihnya dalam hati.
"katanya sih ngga' jadi,,," jawabnya sambil mengingat-ingat sesuatu,, "iya kok ngga' jadi,,,"
"kalo' ngga' jadi, terus ini pada lari-lari mau kemana?" kejar Raharjo.
"itu ada yang ninggal di taman," jawabnya cepat.
"innalillahiwainaillahiroji'un,,," ujar Raharjo dan Embun spontan.
Semakin mendekati taman itu semakin banyak orang yang berkumpul dan berbisik-bisik di sana. Raharjo mendorong kursi roda Embun menghampiri seseorang yang dia kenal dalam kerumunan orang di taman itu.
"Dokter Ardi,," sapa Raharjo pada orang yang sedang berusaha membelah kerumunan.
"aahh,,, pak Raharjo,,!! Untung bapak segera datang," ujar dokter Ardi lega.
"memangnya ada apa dok,? Aah iyaa,, saya datang bersama orang yang saya janjikan kemarin," kata Raharjo yang mulai mengenalkan Embun.
"pagi Dok, saya Embun, temannya Tirta," jawab Embun seraya mengulurkan tangannya ke arah dokter Ardi, tak lupa juga ia berikan senyum manis pada dokter yang terbilang maish muda ini.
"aah,,, jadi kamu orang yang sering diigaukan Tirta itu,, saya Dokter Ardi yang selama ini menangani Tirta," jawabnya seraya menjabat tangan Embun.
"ini ada apa ya Dok, kok semua pada lari-lari ke sini,," tanya Embun, yang masih belum mengerti apa yang sebenarnya tengah terjadi di sekitar mereka.
"saya juga belum begitu mengerti, Cuma tadi ada yang melapor pada saya, kalau ada seseorang yang dari tadi shubuh duduk di sini sampai sekarang belum beranjak dari tempatnya, dan ketika dihampiri ternyata orang tersebut telah tiada," jawab dokter Ardi dengan perlahan menyingkirkan orang-orang yang berjubel untuk mencapai bangku taman, di mana orang yang dimaksud tadi berada.
"memangnya siapa dok orang itu,?" kali ini Raharjo tidak dapat menyembunyikan rasa khawatirnya, "semoga bukan Tirta,," ujarnya berulang dalam hati.
"saya juga belum tau pak,,," jawab dokter Ardi yang kini sudah berhasil sampai di bangku yang dimaksud. Tampak di sana seseorang dengan baju koko telah dibaringkan di atas bangku dengan mata terpejam dan senyuman damai yang terukir di wajahnya. Dokter Ardi yang melihat pertama kali siapa yang tengah berbaring dengan damainya ini terkejut dan berpaling pada Raharjo yang berdiri di sampingnya dengan tatapan kaget dan tak percaya.
Raharjo mematung di tempatnya berdiri, ia tak sanggup lagi menahan perasaannya ketika melihat dengan mata kepalanya sendiri siapa orang yang berbaring tanpa nyawa itu. Air mata pun mulai turun satu-satu menghiasi wajahnya yang mulai mengeriput dimakan usia.
"Tirta,,, mengapa kau pergi secepat ini nak,, kenapa kau tega meninggalkan ayah seperti ini,,, ayah bahkan belum pernah membahagiakan kamu nak,,, apa kamu sudah tak peduli lagi saya ayah, makanya kamu pergi secepat ini nak,, maafkan ayah nak,, maafkan ayah yang tidak bisa menjadi ayah yang baik buat kamu,,, ayah sayang sama kamu nak,,, maafkan sikap ayah yang selama ini tak peduli padamu,, maafkan ayah yang telah bersikap tak adil padamu nak,,, maafkan segala kesalahan ayah dan semoga kamu sekarang bahagia di sana,, ayah rela kamu pergi jika itu memang jalan terbaik yang diberikan Tuhan padamu,,, selamat tinggal jagoanku,,, doa ayah akan selalu tercurah padamu,,," ujar Raharjo dalam hati seraya mengusap wajah anaknya yang kini seakan tengah tertidur dengan nyenyak. Tak ada gurat kesedihan di sana, yang ada hanyalah sebuah senyuman yang menghiasi wajahnya yang kini mulai mendingin.
Tak jauh beda dengan Raharjo, Embun pun merasakan emosi yang sama ketika melihat siapa orang yang berbaring tanpa ruh di depannya. Dia benar-benar terpukul dengan apa yang dia saksikan. Orang yang selama ini ia nanti-nantikan kehadirannya, orang yang selama ini bayangannya selalu menemani tidur malamnya yang jauh dari kata indah, dan orang yang selama ini mendekam dalam palung hatinya, kini telah pergi meninggalkannya sendiri untuk selamanya.
Pergi dengan meninggalkan segurat rindu dan segenggam cinta darinya dan untuk pria itu, namun ternyata hidup memang selalu memberikan sebah kejutan-kejutan yang takkan pernak kita tau. Dan kejutan hidup kali ini benar-benar mengguncang gadis itu. Kala rindu yang selama ini ia pendam dan ia harapkan untuk dapat terobati pada hari ini. namun tatkala rindu yang sebentar lagi tak lagi sekedar mimpi, kenyataan perih yang dihadapi benar-benar mengiris hati.
"Tirta,,, kok kamu tega banget sih sama aku. Pergi gitu aja tanpa pamit dan tanpa kata-kata perpisahan. Kamu tau ngga' sih, hari ini waktu aku bangun pagi, aku ngga' pernah ngerasa sesenang tadi, aku seneng akhirnya aku bisa ketemu sama kamu lagi, bisa becanda sama kamu lagi, yang pasti aku seneng banget bisa ngeliat kamu lagi. Tapi, kenapa kamu harus pergi secepat ini sih Ta,, disaat aku udah maafin kamu, disaat rasa sayangku buatmu udah g kebendung lagi, dan disaat aku mulai nyiapin hati aku buat nerima keadaan kamu,, kenapa kamu malah pergi ninggalin aku sendirian Ta,, selama ini aku kuat menjalani hidup aku yang ngga' sempurna ini karena aku terus inget kalau kamu di suatu tempat di belahan bumi ini yang terus inget sama aku. Yang suatu hari bakalan ada di samping aku. Terus sekarang aku harus gimana Ta,, hidup di dunia yang ngga' ada kamu di manapun pasti bakalan berat banget Ta,,, ngga' ada orang yang bakal menyayangiku lebih dari kamu, aku ngga' tau Ta, gimana harus menghadapi semua ini. Ini bener-bener menyakitkan bagi ku. Tapi, kalau memang ini yang terbaik yang dikasih Tuhan buat kamu, aku ikhlas Ta,, aku ikhlas kamu pergi Ta, semoga kamu bahagia di sana. Aku ngga' bakalan lupa sama semua yang udah pernah kamu kasih buat aku Ta,,, selamat tinggal cinta, semoga engakau damai di sisi-Nya,,,"
@@@
Setelah seluruh prosesi pemakaman selesai dilaksanakan, masih dalam suasana berkabung, rumah keluarga Raharjo pun masih ramai dikunjungi oleh sanak saudara. Embun yang sejak kemarin tinggal di rumah duka, kini terlihat tengah merenung di halaman belakang, mengenang semua yang pernah ia alami bersama. Ketika ia sedang asyik melamun, tiba-tiba ia dikagetkan oleh kedatangan seorang wanita berpakaian layaknya suster yang bekerja di rumah sakit.
"maaf Mbak,, saya mengganggu sebentar ada yang harus saya sampaikan pada Mbak Embun," sapa wanita itu.
Embun dengan sedikit terkejut memalingkan mukanya menghadap orang yang telah menyapanya.
"maaf, anda siapa ya,,?" tanya Embun seakan mengingat-ingat.
"saya Laksmi Mbak, perawat yang selama ini merawat mas Tirta," jawabnya dengan senyum manis.
"ooh,, ada apa suster mencari saya?" tanya Embun tak mengerti.
"saya hanya ingin menyerahkan ini pada mbak Embun." ujarnya seraya menyerahkan sebuah kotak persegi panjang yang telah berhiaskan kertas bergambar love. "ini saya temukan di kamar mas Tirta kemarin saat saya sedang membereskan kamarnya. Ssebelumnya saya minta maaf Mbak, jika saya lancang. Kemarin karena penasaran saya membuka salah satu isinya, dan di sana tertera nama Mbak, jadi saya menyimpulkan ini pasti untuk Mbak," ujarnya hati-hati.
Embun memandang Suster Laksmi dengan tidak suka. "maaf Mbak, tapi saya belum sempat membacanya, saya hanya ingin melihat nama yang ditujuakan oleh surat-surat itu Mbak. Saya beraani sumpah jika Mbak tidak percaya," tambah Laksmi yang merasa dihakimi oleh tatapan Embun.
"terima kasih ya Sus, Suster sudah mau repot-repot membawakan ini pada saya," ujar Embun tulus.
"sama-sama Mbak. Saya juga turut berduka cita atas apa yang telah terjadi dengan mas Tirta," balas Laksmi.
"terima kasih,,"
"baiklah Mbak, saya kira urusan kita sudah selesai. Saya permisi dulu mbak,," ujar Laksmi seraya menjabat tangan Embun.
Setelah Laksmi meninggalkannya sendiri, perlahan ia mulai membuka katak bergambar love itu. Dan di dalamnya, ia menemukan tumpukan dari banyaknya surat yang tak beramplop. Embun mengambil satu dan melihat bahwa surat itu memang ditujukan padanya. Ia mengambil lagi yang lain dan melihat alamat yang dituju, ternyata semua surat itu di tujukan untuknya dari Tirta.
Embun pun mengambil salah satu surat yang bertanggal paling baru. Dua hari sebelum Tirta menghembuskan napas terakhir. Perlahan namun pasti ia pun mulai menelusuri kata demi kata dalam surat itu, dengan diiringi deraian air mata di setiap kalimat.
@@@
Dear My Angel Embun Prameswari,
Hai,, Mbun,, gue yakin sekarang loe pasti lagi nangis, iya kan?! Hahaha,,, loe nangisin apa sayang?! Kalo' loe nangisin gue, cepet apus air mata loe, karena gue paling ngga' suka ngeliat loe nangis, apalagi karena gue.
Embun yang paling gue sayang, mungkin waktu loe baca surat ini gue udah ngga' ada di samping loe lagi. Mungkin gue udah pergi ke tempat di mana gue ngga' bakal bisa nyakitin orang lain lagi, terutama nyakitin loe. Mbun,,, beberapa hari ini, gue selalu ngimpiin nyokap gue, dan loe tau ngga'? Nyokap gue ngajakin gue ke tempat yang baguuuss banget. Gue ngerasa di tempat itu gue bisa ngelupain semua masalah gue, tempat itu bikin gue nyaman dan damai banget. Dan entah kenapa, gue ngerasa gue pengen banget tinggal di tempat itu.
Tapi, setiap keinginan gue itu muncul entah kenapa hati gue kaya' ngga' terima. Loe tau apa yang buat hati gue ngga' terima? Jawabannya adalah karena loe Embun Prameswari. Hati gue selalu ngelarang gue pergi ke tempat itu, karena gue ngerasa kalo' gue tinggal di sana gue ngga' bakal bisa ketemu loe lagi Mbun, dan gue ngga' suka itu.
Tapi, mimpi-mimpi itu terus aja dateng setiap malam, dan mama tiap malem juga nyamperin gue Mbun, terus terang gue kangen banget sama mama, dan gue ngga' mau pisah lagi sama dia. Makanya, setelah mama ngasih tau bakal nemuin gue ngga' lama lagi, gue langsung nulis ini buat loe Mbun, karena gue tau gue ngga' bakal lama lagi harus pergi ninggalin loe.
Lewat surat ini, gue Cuma mau bilang maaf. Maaf karena gue udah bikin loe ngga' sempurna lagi. Maaf karena gara-gara gue loe harus rela hidup dengan kursi roda seumur hidup loe. Maaf, karena gue ngga' bisa nemenin loe di waktu-waktu terberat dalam hidup loe, ngga' bisa ngedukung loe di saat-saat seharusnya loe butuh kehadiran gue di sisi loe. Maafin gue juga karena gue ngga' bisa jadi cowok yang selalu ngelindungin loe, bukannya jadi cowok yang malah nyelakain loe. Maafin semua perih, luka, sakit hati yang udah pernah gue kasih ke loe. Asal loe tau gue juga ngga' pengen semua kejadian ini bikin loe jauh dari gue.
Embun yang selalu ada dalam setiap mimpi gue, loe tau Mbun, ucapan loe tentang hujan ngga' bakal pernah gue lupain, karena gue ngerasa disetiap tetesan hujan itu tersimpan semua rasa rindu gue ke loe. Gue titipin semua rindu gue sama langit, dan setiap gue udah ngga' bisa nahan rindu gue lagi, langit yang bakal nerusin semua rasa itu ke loe lewat hujan. Ya, hujan, sesuatu yang selama ini gue benci. Jadi, setiap hujan turun gue selalu berharap di manapun loe berada di sana juga turun hujan, dengan begitu rindu yang gue titipin bersama setiap tetesannya bisa nyampe' ke hati loe.
Embun yang selalu ada di hati gue, lewat surat ini juga gue mau bilang terima kasih. Terima kasih karena udah jadi orang yang bikin gue ngerasa bahwa gue ditakdirkan hidup di dunia ini emang buat mencintai loe, gadis sederhana yang udah sukses bikin gue sadar bahwa selama ini gue udah ngebuang banyak waktu gue buat hal-hal yang ngga' berguna. Terima kasih juga karena loe udah percaya sama gue, percaya kalau gue pasti bisa ngelupain trauma gue tentang hidup, tentang hujan dan tentang kehilangan. Makasih Mbun, karena udah jadi seseorang yang tulus mencintai gue dengan segala kekurangan yang ada di diri gue, dan maaf karena gue belum sempet buat loe bahagia karena udah kenal gue. Terima kasih untuk segala cinta yang udah loe kasih ke gue. Terima kasih banyak, hanya doa gue yang tulus agar loe selalu bahagia setiap hari yang bisa gue kasih ke loe sebagai balasan cinta loe ke gue. Terima kasih sayang, karena loe udah mau mencintai seseorang yang penuh kekurangan ini.
Embun yang selalu bening di setiap hari, gue harap loe bahagia setiap hari setelah gue ngga' ada, gue harap loe bisa dapet pengganti gue, seseorang yang dengan tulus bisa nerima loe apa adanya. Seseorang yang akan selalu bisa bikin loe bahagia, seseorang yang akan selalu siap ngelindungin loe. Gue harap loe mulai ngelupain gue dan belajar hidup tanpa gue. Biarlah gue jadi kenangan dalam hati loe, biarlah gue jadi seseorang yang pernah dan bakal terus mencintai loe. Biarlah gue tinggal di sudut hati loe sebagai kenangan. Loe harus melanjutkan hidup loe Mbun, hidup loe masih panjang, dan loe berhak mendapat kebahagiaan yang lebih, bukan dari gue, tapi dari seseorang yang bakal bikin hidup loe sempurana karena mencintai loe apa adanya.
Gue rasa cukup itu aja yang bisa gue ungkapkan sama loe, gue mau mulai mempersiapkan apa aja yang harus gue bawa waktu nyokap gue dateng, entah kapan tapi yang jelas bentar lagi. Selamat tinggal Embun, loe bakal tetep jadi orang yang selalu ada di hati gue, loe adalah orang yang akan gue cintai selamanya. Gue harap gue bisa jadi kenangan indah dalam hidup loe, kenangan akan seorang cowok yang mencitai loe lebih dari dirinya sendiri, seorang cowok yang selalu mencintai dan menyayangi loe walau napas udah ngga' bersamanya lagi. Selamat tinggal dan maaf gue ngga' sempet nemuin loe buat ngucapin ini semua. Terima kasih dan selamat tinggal.
Dari seseorang yang selalu merindukan dan menyayagi loe
Tirta Waratmaja
@@@
Hidup memang tak selalu menyajikan kisah yang bahagia, tak jarang hidup bertubi-tubi menyuguhkan kisah tragis yang menggiris hati, namun percayalah, bahwa di setiap kejadian tragis yang kita alami itu terselip sebuah kisah yang membahagiakan kita pada akhirnya. Kita hanya perlu jeli, sabar dan terus berusaha mengambil kebahagiaan yang terselip dalam kisah itu. Jika kita kurang sabar, maka niscaya kebahagiaan itu akan terus tertutup duka. Ingatlah, bahwa bahagia ada di mana-mana, jika kita menganggap bahwa hidup yang kita jalani tidah pernah bahagia, aku yakin itu hanya karena kita kurang jeli dalam menemukan bahagia yang terkadang bersembunyi dalam duka. Teruslah berusaha mencari kebahagiaan yang ada di sekitar kita dan bagilah kebahagiaan itu untuk orang lain agar mereka juga akan menemukan kebahagiaan mereka sendiri dan membaginya kepada kita. Karena kebahagiaan tak akan lengkap tanpa kebahagiaan orang lain juga.
_____END__
Tidak ada komentar:
Posting Komentar